Jumat, 16 Desember 2016

Seni Sebagai Ekspresi

Seni adalah sebuah media yang biasa digunakan manusia untuk mengekspersikan sesuatu. Di dalam penggunaanya sedikit banyak menggunakan perasaan yang akan berpengaruh terhadap suatu pencapaian atau hasil karya seseorang. Dalam seni pula, perasaan harus dikuasai lebih dahulu, diatur dan dikelola sedemikian rupa untuk selanjutnya direpresentasikan menjadi sesuatu. Representasi seni adalah upaya mengungkapkan kebenaran atau kenyataan semesta sebagaimana ditemukan oleh senimannya. Sejak munculnya seni di dunia Barat di Zaman Yunani kuno, ada dua kubu dalam melihat alam semesta, yakni cara pandang empiris yang diawali dengan filsafat Arietoteles dan cara pandang idealis yang dipelopori oleh Plato. Dua cara pandang ini terus hidup dan berkembang secara bersamaan atau dialektis sepanjang sejarah estetika di dunia Barat.

Ada beberapa aspek penting yang melebur dalam lingkup seni sebagai suatu wilayah yang bebas. Memahami kreativitas dalam berkarya seni pengenalan akan tradisi yang semakin hilang dan ini menjadi tugas kita para generasi muda untuk mulai memelihara kesadaran berkesenian sebagai bangsa yang berbudaya. Hal ini pula yang harus dijadikan refleksi sebenarnya tujuan kita sebagai bangsa yang memiliki adat ketimuran untuk mulai mengkaji ulang tujuan seni berdasarkan paham atau kepercayaan yang kita anut. Dalam pandang kaum “sosial” dan “pecinta estetik”, seni mempunyai nilai-nilai yang sangat esensial. Nilai-nilai ini menggapai ukuran universal yang relatif dapat dikatakan absolut.

Selanjutnya adalah teknik seni, yang merupakan ciri suatu profesi. Teknik ini yang digunakan dalam seni sebagai identitas, diklasifikasikan menjadi beberapa cabang dan berkembang spesialisasi teknik. Mengenal seluk-beluk teknik seni dan menguasai teknik tersebut amat mendukung kemungkinan seorang seniman menuangkan gagasan seninya secara tepat seperti yang dirasakan. Ini karena bentuk seni yang dihasilkan amat menentukan kandungan isi gagasannya.

Dipersoalkan apakah karua seni seorang seniman itu harus dinilai dari moralitas senimannya? Apakah karya seni yang dikagumi itu menjadi berkurang nilainya ketika kita tahu bahwa kehidupan moral sang seniman itu payah. Atau sebaliknya, sebuah karya seni yang kurang bermutu menjadi bermutu ketika nkita mengetahui senimannya memiliki integritas moral yang hebat. Hal ini setidaknya mewakili kasus yang belum lama ini ramai dibicarakan publik, terkait kasus video asusila “mirip” para artis. Timbul berbagai kecaman, dukungan, bahkan ada juga yang menganggapnya biasa saja. Namun, dibalik itu semua, sebuah karya seni yang utuh memang diciptakan oleh seniman. Apakah si “karya” harus menanggung beban moral yang dilakukan oleh sang seniman? Atau terus berkiprah tanpa memandang status hukum yang sedang dijalani penciptanya. Dipandang dari sudut ini, tidaklah relevan untuk menghubung-hubungkan sifat seorang seniman yang jahat dengan karya seninya, dengan mengatakan bahwa karya seninya itu tidak ada nilainya. Begitu pula seniman yang hidupnya suci dan saleh tak akan bisa mendongkrak mutu karya seninya. Dalam kesenian, setiap petualangan, cepat atau lambat akan ketahuan. Modal seniman yang utama adalah keotentikannya, baik seniman besar ataupun kecil.

Sering kita mendengar istilah seni sebagai media ekspresi, apa yang dimaksud dengan ekspresi ? serta bagaimana seorang seniman mengekspresikan perasaannya dalam karya seni?. Ekspresi adalah sesuatu yang dikeluarkan, seperti cairan gula yang dikeluarkan oleh tebu yang diperas, tindakan mengamuk yang dilakukan sesoorang yang ditekan perasaan marah, atau sikap memeluk dan membelai yang dikeluarkan oleh dua insan yang dilanda gejolak cinta.
Dalam seni, perasaan harus dikuasai terlebih dahulu sebelum diekspresikan dalam wujud karya. Perasaan harus dijadikan objek, diatur, dikelola, dan diendapkan sebelum diwujudkan atau diekspresikan dalam bentuk karya seni.

Darimana sumber perasaan yang diekspresikan muncul? Perasaan merupakan respon individu terhadap sesuatu diluar dirinya, yakni lingkungan sekitarnya, persaan juga bersumber dari gagasan dan ide individu seorang seniman. Untuk mengekspresikan perasaan tersebut diperlukan keterampilan seniman dalam mengolah media untuk mewujudkan ekspresi tersebut secara lebih sempurna, semakin tinggi keterampilan seniman maka semakin sempurna pula kualitas perasaan yang diekspresikan tersebut, dan semakin tinggi kualitas ekspresi perasaan akan menjadikan bobot karya seni yang dihasilkan juga semakin tinggi.

Karya seni lahir karena ada seniman yang menghadirkan karya tersebut. Menurut Jacob Sumardjo (2000:79), Karya seni adalah kerja yang serius, sama seriusnya dengan ilmuwan mencari kenyataan baru dari gejala alam. Perlu ada kerja keras, pengamatan data, butuh ketajaman intuisi dalam melihat kebenaran dibalik permukaan, perlu penguasaan tekni seni yang tinggi dan cerdas, agar dapat menghasilkan karya seni yang yang berkualitas, baik mimesis maupun imajinatif idealis. Cara memandang dunia boleh berbeda, cara mencari kebenaran boleh berbeda, tetapi tetap dituntut adanya karya yang memberikan sumbangan terhadap peningkatan kualitas hidup manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar