Seni adalah sebuah
media yang biasa digunakan manusia untuk mengekspersikan sesuatu. Di dalam
penggunaanya sedikit banyak menggunakan perasaan yang akan berpengaruh terhadap
suatu pencapaian atau hasil karya seseorang. Dalam seni pula, perasaan harus
dikuasai lebih dahulu, diatur dan dikelola sedemikian rupa untuk selanjutnya
direpresentasikan menjadi sesuatu. Representasi seni adalah upaya mengungkapkan
kebenaran atau kenyataan semesta sebagaimana ditemukan oleh senimannya. Sejak
munculnya seni di dunia Barat di Zaman Yunani kuno, ada dua kubu dalam melihat
alam semesta, yakni cara pandang empiris yang diawali dengan filsafat
Arietoteles dan cara pandang idealis yang dipelopori oleh Plato. Dua cara
pandang ini terus hidup dan berkembang secara bersamaan atau dialektis
sepanjang sejarah estetika di dunia Barat.
Ada beberapa aspek
penting yang melebur dalam lingkup seni sebagai suatu wilayah yang bebas.
Memahami kreativitas dalam berkarya seni pengenalan akan tradisi yang semakin
hilang dan ini menjadi tugas kita para generasi muda untuk mulai memelihara
kesadaran berkesenian sebagai bangsa yang berbudaya. Hal ini pula yang harus
dijadikan refleksi sebenarnya tujuan kita sebagai bangsa yang memiliki adat
ketimuran untuk mulai mengkaji ulang tujuan seni berdasarkan paham atau
kepercayaan yang kita anut. Dalam pandang kaum “sosial” dan “pecinta estetik”,
seni mempunyai nilai-nilai yang sangat esensial. Nilai-nilai ini menggapai
ukuran universal yang relatif dapat dikatakan absolut.
Selanjutnya adalah
teknik seni, yang merupakan ciri suatu profesi. Teknik ini yang digunakan dalam
seni sebagai identitas, diklasifikasikan menjadi beberapa cabang dan berkembang
spesialisasi teknik. Mengenal seluk-beluk teknik seni dan menguasai teknik
tersebut amat mendukung kemungkinan seorang seniman menuangkan gagasan seninya
secara tepat seperti yang dirasakan. Ini karena bentuk seni yang dihasilkan
amat menentukan kandungan isi gagasannya.
Dipersoalkan apakah
karua seni seorang seniman itu harus dinilai dari moralitas senimannya? Apakah
karya seni yang dikagumi itu menjadi berkurang nilainya ketika kita tahu bahwa
kehidupan moral sang seniman itu payah. Atau sebaliknya, sebuah karya seni yang
kurang bermutu menjadi bermutu ketika nkita mengetahui senimannya memiliki
integritas moral yang hebat. Hal ini setidaknya mewakili kasus yang belum lama
ini ramai dibicarakan publik, terkait kasus video asusila “mirip” para artis.
Timbul berbagai kecaman, dukungan, bahkan ada juga yang menganggapnya biasa
saja. Namun, dibalik itu semua, sebuah karya seni yang utuh memang diciptakan
oleh seniman. Apakah si “karya” harus menanggung beban moral yang dilakukan
oleh sang seniman? Atau terus berkiprah tanpa memandang status hukum yang
sedang dijalani penciptanya. Dipandang dari sudut ini, tidaklah relevan untuk
menghubung-hubungkan sifat seorang seniman yang jahat dengan karya seninya,
dengan mengatakan bahwa karya seninya itu tidak ada nilainya. Begitu pula
seniman yang hidupnya suci dan saleh tak akan bisa mendongkrak mutu karya
seninya. Dalam kesenian, setiap petualangan, cepat atau lambat akan ketahuan.
Modal seniman yang utama adalah keotentikannya, baik seniman besar ataupun
kecil.
Sering kita mendengar
istilah seni sebagai media ekspresi, apa yang dimaksud dengan ekspresi ? serta
bagaimana seorang seniman mengekspresikan perasaannya dalam karya seni?.
Ekspresi adalah sesuatu yang dikeluarkan, seperti cairan gula yang dikeluarkan
oleh tebu yang diperas, tindakan mengamuk yang dilakukan sesoorang yang ditekan
perasaan marah, atau sikap memeluk dan membelai yang dikeluarkan oleh dua insan
yang dilanda gejolak cinta.
Dalam seni, perasaan
harus dikuasai terlebih dahulu sebelum diekspresikan dalam wujud karya.
Perasaan harus dijadikan objek, diatur, dikelola, dan diendapkan sebelum
diwujudkan atau diekspresikan dalam bentuk karya seni.
Darimana sumber
perasaan yang diekspresikan muncul? Perasaan merupakan respon individu terhadap
sesuatu diluar dirinya, yakni lingkungan sekitarnya, persaan juga bersumber
dari gagasan dan ide individu seorang seniman. Untuk mengekspresikan perasaan
tersebut diperlukan keterampilan seniman dalam mengolah media untuk mewujudkan
ekspresi tersebut secara lebih sempurna, semakin tinggi keterampilan seniman
maka semakin sempurna pula kualitas perasaan yang diekspresikan tersebut, dan
semakin tinggi kualitas ekspresi perasaan akan menjadikan bobot karya seni yang
dihasilkan juga semakin tinggi.
Karya seni lahir karena
ada seniman yang menghadirkan karya tersebut. Menurut Jacob Sumardjo (2000:79),
Karya seni adalah kerja yang serius, sama seriusnya dengan ilmuwan mencari
kenyataan baru dari gejala alam. Perlu ada kerja keras, pengamatan data, butuh
ketajaman intuisi dalam melihat kebenaran dibalik permukaan, perlu penguasaan
tekni seni yang tinggi dan cerdas, agar dapat menghasilkan karya seni yang yang
berkualitas, baik mimesis maupun imajinatif idealis. Cara memandang dunia boleh
berbeda, cara mencari kebenaran boleh berbeda, tetapi tetap dituntut adanya
karya yang memberikan sumbangan terhadap peningkatan kualitas hidup manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar