Hampir secara ekslusif, telah
membiicarakan masalah-masalah filosofis dan argumen argummen tentang ilmu ilmu
yang dipanadnng sebagai sumber-sumber pengetahuan teoritis. Dalam perlawanan
realisme terhadap instrumentalisme, ide-ide mekanistik melawan ide-ide
organis,pengetahuan ilahi melawan kekeliruan manusiawi, atau ide-ide platonis
melawan esensi-esensi Aristotalian, sang filsuf didalam masing masing kasus
membahas status intelektuual, implikasi-implikasi dan kesahihan konsep-konsep,
metode-metode, atau entitas-entitas ilmiah tertentu yang umum. Akan tetapi,
membatasi diri hanya pada aspek-aspek intelektual, akan berarti menrima suatu
abstraksi total teori dari praktek dan ide-ide ilmiah dari ungkapan
behavioralnya. Demikianlah bersama dengan perubahan masa kini penekanan dari
ilmu humaniora dan sosial, orang menemukan bahwa pendekatan-pendekatan abstrak
tersebut sekali lagi rentan terhadap kritik karena terlalu mengaktualisir
hakikat dan implikasi-implikasi ilmu.
Akan tetapi apaun posisi filosofis
umum seseorang berkenaan dengan realitas pengetahuan dan entitas-entitas
ilmiah, ada pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih praktis dihadapi, pertanyaan-pertanyaan
tentnag implikasi-implikasi spesifik ide-ide dan kepercayaan-kepercayaan ilmiah
yang berbeda untuk bidang-bidang tindakan dan pengalaman manusia yang
serupa. Pada titik ini satu tema khusus
menyatukan sederetan luas kritikus-kritikus radikal ilmu, termasuk Lewis
Mumford, kritikus sosial Amerika serikat dan para eksistensialis. seorang
printis dan tokoh eksistensialisme awal, menuduh sistem etika yang di
universalkan oleh khan mengabaikanindividualitas masalah-masalah dan
pertimbangan-pertimbangan etis yang aktual, sehingga sekarang ini terdapat
reaksi yang tersebar luas menentang setiap kecenderungan memperlakukan
pertimbangan-pertimbangan sosial atau praktis sebagai masalah-masalah teknis,
yang dapat ditinggalkan untuk pertimbangan ahli-ahli ilmiah atau teknologis.
Metode-metode umum teknologi mungkin benar-benar mewakili penerapan-penerapan
praktis pemahaman teoritis yang dicapai dengan ilmu.
Bagi para teologi, ia mempunyai
kelemahan karena menempatkan klaim-klaim esensial, dapat diibaratkan dalam
bubungan pasir yang terancam tenggelam suatu ketika akan muncul gelombang
pasang, demikian juga dalam pengetahuan ilmiah. Jadi, secara diam-diam di
setujui, batas-batas esensial ilmu saat ini didefinisikan didalam
istilah-istilah yang berbeda. Batas-batas ini sekarang dikenali dengan mengakui
bahwa sifat prosedur-prosedur ilmiah itu sendiri menempatkan batas-batas pada
relevansi hasil-hasilnya. Seorang sarjana boleh memilih mempelajari
objek-objek, sistem-sistem, atau proses proses apapun yang disenanginya, namun
hanya pertanyaan-pertanyaan tertentu yang akan dapat dijawab didalam
istilah-istilah umum, teoritis yang khas pada ilmu.
Perubahan pendekatan ini mungkin
tidak menjadikan massalah substantif, yang membatasi tapal batas ilmu secara
eksak padasemua titik, jauh lebih mudah dibanding sebelumnya, namun ia
mempunyai satu keunggulan yang asli : ia
menghargai fakta yang sangat penting, yang menarik perhatian khusus dalam
survei ini, bahwa ciri khas ilmu
terletak bukan pasda tipe-tipe objek dan peristiwa yang dapat diakses ilmuwan
melainkan dalam prosedur-prosedur intelektual yang dipakai dalam
penyelidikan-penyelidikannya dan juga dalam jenis-jenis masalah yang
membantunya mencapai solusi ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar