Semua individu memiliki karakteristik
tertentu demikian pula anak-anak yang mengalami ketunarunguan dan dampak yang
paling mencolok yaitu terhambatnya perkembangan bahasa dan bicara, mereka
terbatas dalam kosa kata dan pengertian kata-kata yang abstrak. Hal ini karena
mereka hanya memanfaatkan penglihatan dalam belajar bahasa. Belajar bahasa
hanya melalui penglihatan memiliki banyak kelemahan-kelemahan sehingga mereka
tidak dapat memanfaatkan intelegensinya secara maksimal, akibatnya mereka
tampak bodoh.
Perkembangan bahasa anak tunarungu pada
awalnya tidak berbeda dengan perkembangan bahasa anak normal sekitar usia enam
bulan anak mencapai pada tahap meraban. Pada perkembangan ini semua anak
mengalaminya karena merupakan awal untuk belajar bahasa.
Anak yang sejak lahir mengalami
ketunarunguan, pada saat bayi mengulang-ulang bunyi bayi tidak dapat mendengar
bunyi yang dikeluarkan begitu pula ia tidak dapat mendengar respon yang
dikeluarkan oleh orang tua atau orang-orang yang dekat darinya.
Ada beberapa perbedaan karakteristik
anatara anak tunarungu dengan anak normal. Hal ini disebabkan keadaan mereka
yang sedemikian rupa sehingga mempunmyai karakter yang khas yang menyebabkan
anak tunarungu mendapatkan kesulitan untuk dapat beradaptasi dengan
lingkungannya, sehingga mereka perlu mendapat pembinaan yang khusus untuk
mengatasi masalah ketunarunguan.
Karakteristik yang khas dari anak
tunarungu adalah sebagai berikut:
1. Fisik
Jika
dibandingkan dengan kecacatan lain nampak jelas dalam arti tidak terdapat
kelainan. Tetapi bila diperhatiakan lebih teliti mereka mempunyai karakteristik
seperti yang dikemukakan oleh Tati Hernawati (1990 : 1) sebagai berikut :
a. Cara
berjalan kaku dan agak membungkuk hal ini terjadi pada anak tunarungu yang
mempunyai kelainan atau kerusakan pada alat keseimbangannya.
b. Gerakan
mata cepat yang menunujukan bahwa ia ingin menguasai lingkungan sekitarnya.
c. Gerakan
kaki dan tangan yang cepat.
d. Pernapasan
yang pendek dan agak terganggu. Kelainan pernapasan terjadi karena tidak
terlatih terutama pada masa meraban yanmg merupakan masa perkembangan bahasa.
2. Bahasa
dan Bicara
Perkembangan
bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Dengan kondisi
yang disandangnya anak tunarungu akan mengalami hambatan dalam bahasa dan
bicaranya. Pada anak tunarungu proses penguasaan bahasa tidak mungkin diperoleh
melalui pendengaran. Dengan demikian anak tunarungu mempunyai ciri-ciri
perkembangan bahasa sebagai berikut:
a. Fase
motorik yang tidak teratur.
Pada
fase ini anak melakukan gerakan-gerakan yang tidak teratur, misalnya :
1) Gerakan
tangan.
2) Menangis.
Menangis
permulaan adalah gerak refleks dari bayi yang baru lahir. Menangis sangat
penting bagi perkembangan selanjutnya karena dengan menangis secara tidak
sengaja sudah melatih otot-otot bicara, pita suara dan paru-paru.
b. Fase
meraban (babbling)
1) Mimik
perangai ibu
Pada
awal fase meraban (babling) tidak terjadi hambatan karena fase meraban ini
merupakan kegiatan alamiah dari pernapasan dan pita suara.
2) Bayi
babbling
Mula-mula
bayi babling, kemudian ibu meniru. Tiruan itu terdengar oleh bayi dan ditirukan
kembali. Peristiwa inilah yang mkenjadi proses terpenting dalam pembinaan
bicara anak. Bagi anak tunarungu tidak terjadi pengulangan bunyinya sendiri,
karena anak tunarungu tidak mendengar tiruan ibunya. Dengan demikian
perkembangan bicara selanjutnya menjadi terhambat.
c. Fase
penyesuaian diri.
Suara-suara
yang diujarkan orang tua dan ditiru oleh bayi kemudian ditirukan kembali oleh
orang tuanya secara terus menerus. Pada anak tunarungu hal tersebut terbatas
pada peniruan penglihatan (visual) yaitu gerakan-gerakan atau isyarat-isyarat,
sedangkan peniruan pendengaran (auditif) tidak terjadi karena anak tunarungu
tidak dapat mendengar suara.
Tiga
faktor yang saling berkaitan antara ketidak mampuan bahasa dan bicara dengan
ketajaman pendengaran adalah sebagai berikut:
1) Penerima
auditori tidak cukup sebagi umpan balik ketika ia membuat suara.
2) Penerimaan
verbal dari orang dewasa tidak cukup menunjang pendengarannya.
3) Tidak
mampu mendengar contoh bahasa dari orang mendengar.
Ciri khusus anak tunarungu
berkenaan dengan bahasanya adalah miskin dalam kosakata, sulit memahami
kata-kata abstrak, sulit mengartikan kata-kata yang mengandung arti kiasan.
Sedangkan ciri-ciri anak tunarungu
berkenaan dengan bicaranya adalah nada bicaranya tidak beraturan,
bicaranya terputus-putus akibat dari penguasaan kosa kata yang terbatas, dalam
bicara cenderung diikuti oleh gerakan-gerakan tubuh serta sulit menguasai warna
dan gaya bahasa.
3. Intetelegensi
Secara
garis besar pendapat tentang intelegensi anak tunarungu di klasifikasikan
menjadi empat bagian:
a. Pertama
anak tunarungu dianggap sama dengan anak normal.
b. Kedua,
dianggap bahwa intelegensi anak
tunarungu lebih rendah dari anak normal.
c. Bahwa
anak tunarungu mengalami kekurangan potensi intelektual pada segi non verbal.
d. Kepribadian
dan emosi.
Semua anak memerlukan perhatian dan
dapat diterima di lingkungan yang di tempati. tidak terkecuali anak tunarungu,
tetapi semua itu akan sulit didapatkan oleh anak tunarungu karena mereka hanya
dapat merasakan ungkapan tersebut melalui kontak visual. Berbeda dengan anak
normal yang dapat merasakan ungkapan yang diberikan melalui nada suara yang
diperoleh dengan cara mendengar. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan
emosi anak tunarungu. Karena keadaanya itu anak tunarungu merasa terasing dan
terisolasi dari lingkungannya. Sering terjadi, ketidak mampuan mereka dalam
berkomunikasi mengakibatkan suatu kekurangan dalam keseluruhan pengalaman anak
yang sebenarnya dasar bagi perkembangan, sikap dan kepribadian.
Beberapa sifat yang terjadi pada
anak tunarungu akibat dari kekurangannya
adalah:
1. Sifat
egosentris yang lebih besar dari pada anak normal, dunia penghayatan mereka
lebih sempit maka akan lebih terarah pada dirinya sendiri. Sifat egosentis ini
berarti:
a. Sukar
menempatkan diri pada cara berpikir dan pada perasaan orang lain.
b. Dalam
perilakunya sering di kuasai oleh perasaan dan pikiran sendiri mereka sulit menyusuaikan diri.
2. Mempunyai
perasaan takut akan hidup.
3. Sikap
ketergantungan kepada orang lain.
4. Perhatian
yang sukar di alihkan.
5. Kemiskinan
dalam bidang fantasi.
6. Sifat
yang polos, sederhana tanpa banyak problem.
7. Mereka
dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.
8. Lekas
marah dan cepat tersinggung.
9. Kurang
mempunyai konsep tentang relasi atau hubungan.
4. Sosial
Setiap
manusia memerlukan interaksi dengan lingkungannya. Untuk dapat berinteraksi
dengan baik terhadap lingkungannya di perlukan kematangan social. Saran untuk
mencapai kematangan sosial, yaitu:
a. Pengetahuan
yang cukup mengenai nilai-nilai sosial dan kekhasan dalam masyarakat.
b. Mempunyai
kesempatan yang banyak untuk menerapkan kemampuannya.
c. Mendapatkan
kesempatan dalam hubungan social.
d. Mempunyai
dorongan untuk mencari pengalaman.
e. Struktur
kejiwaan yang sehat yang mendorong motivasi yang baik.
Karena kondisi yang dialami oleh
anak tunarungu sulit untuk mencapai kematangan oleh karenanya tidak jarang
lingkungan memperlakukan mereka dengan tidak wajar. Hal ini akan menyebabkan
mereka cenderung memiliki rasa curiga pada lingkungan, memiliki perasaan tidak
aman dan memiliki kepribadian yang tertutup, kurang percaya diri, menafsirkan
sesuatu secara negatif, memiliki perasaan rendah diri dan merasa disingkirkan,
kurang mampu mengontrol diri dan cenderung mementingkan diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar