Pengertian akhlak secara etimologi dapat diartikan sebagai budi pekerti,
watak dan tabiat. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun (خلق)
yang menurut lughot diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat.
Menurut Rahmat Djatnika, bahwa pengertian
akhlak dapat dibedakan menjadi dua macam, di antaranya menurut etimologi kata
akhlak berasal dari bahasa Arab (ا خلا ق) bentuk jamak dari mufrodnya khuluq (خلق), yang
berarti budi pekerti. Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari
bahasa Latin, etos yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari
bahasa Latin juga, mores yang juga berarti kebiasaan. Sedangkan menurut terminolog, kata budi pekerti terdiri dari kata “budi”
dan “pekerti”. Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan
kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio yang disebut karakter. Pekerti adalah
apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati yang disebut
dengan behaviour. Jadi, budi pekerti merupakan perpaduan dari
hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.
Menurut Abuddin Nata, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah mendarah daging dan
melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan
pertimbangan dan pemikiran.
Menurut Elizabeth B. Hurlock, behaviour
which may be called “true morality” not only conforms to social standarts
but also is carried out voluntarily, it comes with the transition from external
to internal authority and consist of conduct regulated from within.
Artinya,
bahwa tingkah laku boleh dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya itu
bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat, tetapi juga dilaksanakan dengan
suka rela, tingkah laku it terjadi melalui transisi dari kekuatan yang ada di
luar (diri) dan ke dalam (diri) dan ada ketetapan hati dalam melakukan
(bertindak) yang diatur dalam diri.
Imam Al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak
sebagai berikut :
الخلق عبارة عن هيئة فى النفس را سخة عنها تصدر
الافعال بسهولة ويسر من غير حاجة إلى فكر ورويّة عقلا وسرعا.
Bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan
tidak memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa hakikat akhlak
menurut al-Ghazali mencakup dua syarat. Pertama, perbuatan itu
harus konstan, yaitu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga
dapat menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan itu harus tumbuh
dengan mudah tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya
tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan pengaruh-pengaruh dan bujukan yang
indah dan sebagainya.
Menurutnya juga, bahwa akhlak bukanlah pengetahuan (ma’rifah) tentang
baik dan jahat, maupun kodrat (qudrah) untuk baik dan buruk,
bukan pula pengamalan (fi’l) yang baik dan jelek, melainkan
suatu keadaan jiwa yang mantap (hay’arasikha fi-n-nafs).
Akhlak adalah suatu istilah yang sering digunakan
oleh Al-Ghazali. Jadi, kerap kali kita temukan pernyataan, seperti ‘akhlak
kedermawanan” dan “akhlak-akhlak tercela”. Dapat dipahami bahwa dalam etika
Al-Ghazali, suatu amal lahiriyah tak dapat secara tegas disebut baik dan buruk.
Maka ketulusan seseorang mungkin dipandang sebagai suatu kebaikan, tetapi jual
belinya yang jujur atau tidak. Namun, suatu suatu amal dapat dikatakan suatu
amal shaleh atau amal jahat.
Dengan demikian dapat
dipahami bahwa akhlak adalah suatu sikap atau kehendak manusia disertai dengan
niat yang tentram dalam jiwa yang berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan atau kebiasaan-kebiasaan secara mudah
tanpa memerlukan pembimbingan terlebih dahulu. Jiwa kehendak jiwa itu
menimbulkan perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang bagus, maka
disebut dengan akhlak yang terpuji. Begitu pula sebaliknya, jika menimbulkan
perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang jelek, maka disebut dengan
akhlak yang tercela.
Akhlak juga bisa disebut
kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan yang mudah karena kebiasaan tanpa memerlukan
peryimbangan pikiran terlebih dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar