Minggu, 01 Januari 2017

Pendekatan Pembinaan Agama pada Anak

Dalam pembinaan agama pada diri pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan-latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.
Untuk membina agar anak-anak mempunyai sifat terpuji tidaklah mungkin dengan penjelasan saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik yang diharapkan nanti dia akan mempunyai sifat-sifat itu, dan menjauhi sifat-sifat tercela. Kebiasaan dan latihan itulah yang membuat anak cenderung melakukan perbuatan yang baik dan meninggalkan yang kurang baik.
Demikian pula dengan pendidikan agama, semakin kecil umur anak, hendaknya semakin banyak latihan dan pembiasaan agama yang dilakukan pada anak, dan semakin bertambah umur anak, hendaknya semakin bertambah pula penjelasan dan pengertian tentang agama itu sesuai dengan perkembangan yang dijelaskannya.
Pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribadi pada umumnya, terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik atau pembina yang pertama adalah orang tua, kemudian guru. Sikap anak terhadap agama dibentuk pertama kali di rumah melalui pengalaman yang didapat dari orang tuanya, kemudian dissempurnakan dan diperbaiki oleh guru disekolah maupun ditempat pengajian seperti masjid, mushola, TPQ dan madrasah diniyyah.
Latihan- latihan yang menyangkut ibadah seperti sembahyang, do’a, membaca al-Qur’an, sopan santun, dan lain sebagainya, semua itu harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama-kelamaan akan tumbuh rasa senang dan terbiasa dengan aktifitas tersebut tanpa ada rasa terbebani sedikitpun. Latihan keagamaan yang menyangkut akhlak dan sosial atau hubungan manusia dengan manusia yang sesuai dengan ajaran agama juga tidak hanya dijelaskan dengan kata-kata, latihan disini diberikan melalui perilaku yang terpuji, baik itu dari orang tua maupun guru, seperti pemberian sedekah kepada fakir miskin, berkurban, menolong terhadap sesama, dan sebagainya. Oleh karena itu guru agama mempunyai kepribadian yang dapat mencerminkan ajaran agama seperti apa yang diajarkan kepada anak didiknya.
Kepercayaan kepada Tuhan dan agama pada umumnya tumbuh melalui latihan dan pembiasaan sejak kecil, dengan kata lain pembiasaan dalam pendidikan pada anak sangat penting, terutama pembentukan pribadi akhlak dan agama pada umumnya. Hal itu dikarenakan pembiasaan-pembiasaan tersebut akan memasukkan unsur-unsur positif pada pribadi anak yang sedang tumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang didapatkanya melalui pembiasaan itu, maka akan banyak pula unsur-unsur agama dalam pribadinya, dan semakin mudah dia memahami sebuah ajaran agama yang akan dijelaskan oleh guru agamanya di kemudian hari.
Secara rinci, pembinaan agama kepada anak yang sesuai dengan sifat keberagamaan anak maka dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain:
1. Pembinaan agama lebih banyak bersifat pengalaman langsung seperti shalat berjamaah, bersedekah, zakat, berkurban, meramaikan hari raya dengan menggemakan takbir, dan lain sebagainya. Pengalaman agama secara langsung tersebut dapat ditambah dengan penjelasan sekedarnya saja atau pesan-pesan yang disampaikan melalui dongeng, cerita, main drama, nyanyian, permainan sehingga tidak membabani mental maupun pikiran mereka.
2. Kegiatan agama disesuaikan dengan kesenangan anak-anak, mengingat sifat agama masih bersifat egosentris. Sehingga model pembinaan agama bukan mengikuti kemauan orang tua maupun guru saja, melainkan harus dengan banyak variasi agar anak tidak bosan. Untuk itu, orang tua dan guru harus memiliki banyak ide dan kreativitas tentang strategi dan teknik pembinaan agama, sehingga setiap saat bisa berganti-ganti pendekatan dan metode walaupun materi yang disampaikan boleh jadi sama.
3. Pengalaman agama anak, selain didapat dari orang tua, guru dan teman-temannya, mereka juga belajar dari orang yang disekitarnya yang tidak mengajarinya secara langsung. Untuk itu pembinaan agama anak juga penting dilakukan melalui pembauran secara langsung dengan masyarakat luas yang terkait dengan kegiatan agama seperti waktu mengikuti sholat jum’at, tarawih, hari raya, maupun kegiatan lainnya. Dengan mengajak anak sekali waktu berbaur secara langsung dengan masyarakat yang melakukan peribadatan maka anak akan semakin termotivasi untuk menirukan perilaku-perilaku agama yang dilakukan oleh masyarakat umum. Hal ini perlu dilakukan mengingat agama anak masih bersifat anthromorphis.
4. Pembinaan agama kepada anak juga perlu dilakukan secara berulang-ulang melalui ucapan yang jelas serta tindakan secara langsung. Seperti mengajak anak shalat, maka terlebih dahulu diajarkan mengenai hafalan bacaan-bacaan shalat secara berulang-ulang hingga anak tersebut hafal diluar kepala. Hal tersebut diiringi dengan tindakan atau praktik sholat secara langsung dan akan lebih menarik jika dilakukan bersama teman-temannya. Setelah anak hafal tentang bacaan-bacaan sholat, maka seiring dengan bertambah usia, pengalaman, dan pengetahuannya barulah dijelaskan tentang syarat, rukun, serta hikmah shalat. Demikian pula pada pembinaan-pembinaan agama lainnya.
5. Mengingat sifat agama masih imitatif, maka pemberian contoh nyata dari orang tua guru dan masyarakat lingkungannya sangatlah penting. Untuk itu dalam proses pembinaan tersebut, perilaku orang tua maupun guru harus benar-benar dapat dicontoh anak baik secara ucapan maupun tindakan.
6. Perlunya melakukan kunjungan ke tempat-tempat atau pusat-pusat agama yang lebih besar kapasitasnya. Misalnya anak-anak yang tinggal di desa sesekali perlu diajak berkunjung ke masjid jami’ yang ada di kota yang bangunan-bangunan dan jumlah jama’ahnya lebih besar. Atau bisa juga anak diajak berkunjung ke pondok pesantren, kampus-kampus islam, dan lain sebagainya. Selain dengan kunjungan, anak dapat diajari tentang agama melalui layar kaca televisi ataupun VCD. Pembinaan dengan cara ini sangatlah penting mengingat rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan pada anak.
 
Sumber: http://hikmahuda.blogspot.co.id/2014/05/perkembangan-jiwa-agama-pada-masa-anak.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar