Filsafat
dapat merangsang lahirnya keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai
observasi dan eksperimen yang melahirkan ilmu-ilmu. Hasil kerja filosofis dapat
menjadi pembuka bagi lahirnya suatu ilmu, oleh karena itu filsafat disebut juga
sebagai induk ilmu (mother of science). Untuk kepentingan
perkembangan ilmu, lahir disiplin filsafat yang mengkaji ilmu pengetahuan yang
dikenal sebagai filsafat ilmu pengetahuan. Filsafat Ilmu merupakan
bagian dari Epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu (pengtahuan ilmiah). Filsafat ilmu
sangat berkaitan dengan ontologi, epistemologi dan aksiologi ilmu, dalam artian
filsafat ilmu berusaha menjelaskan objek apa yang ditelaah ilmu, dengan proses
apa ilmu diperoleh dan untuk apa ilmu itu dipergunakan.
Gerard Beekman dalam bukunya (1973) filsafat, para filsuf,
berfilsafat menyatakan bahwa filsafat memainkan peranan dalam hubungannya
dengan semua ilmu pengetahuan. Filsafat tidak harus mengirim imformasi dari
sisi ilmu pengetahuan, tapi
harus memberikan ilmu pengetahuan.
Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan
dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan. Dalam
hubungan ini Harold H. Titus menerangkan bahwa ilmu pengetahuan mengisi
filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat
perlu dalam pembinaan suatu filsafat.
Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Alam adalah dua hal yang saling berhubungan. Secara historis, kelahiran ilmu
pengetahuan berawal dari filsafat, begitu juga sebaliknya filsafat ilmu juga
semakin berkembang seiring dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam hal ini, pemikiran manusia juga mengalami perkembangan linear, dahulu masyarakat
Yunani kuno mendasari pemikiran mereka dengan mitos, kemudian berkembang
menjadi lebih rasional dengan paham teologi mereka, pemikiran inipun terus
berkembang sampai melahirkan science dan teknologi yang dapat dirasakan
manfaatnya sampai sekarang.
Ilmu
dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat pasteriori. Kesimpulannya
ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang. Untuk
kasus tertentu, ilmu bahkan menuntut untuk diadakannya percobaan dan pendalaman
untuk mendapatkan esensinya. Sedangkan filsafat bersifat priori, yakni;
kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian. Sebab filsafat tidak
mengharuskan adanya data empiris seperti dimiliki ilmu. Karena filsafat bersifat
spekulatif dan kontemplatif yang ini juga dimiliki ilmu.
Ilmu memiliki tugas
melukiskan, sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan. Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan
bagaimana menjawab pelukisan fakta. Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan
lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari mana awalnya dan akan
kemana akhirnya. Berbagai gambaran di atas memperlihatkan bahwa filsafat di satu sisi dapat
menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, namun di sisi yang lainnya ia
juga dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir ilmuwan.
Sumber :
Slamet, Ibrahim, FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN, Sekolah Farmasi ITB
2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar